Oleh Ibnu Mukhtar
Segala puji hanya bagi Alloh yang telah menjadikan Islam sebagai satu-satunya agama yang benar di sisi-Nya dan telah merihdoi Islam sebagai agama bagi hamba-hambaNya. Sholawat dan salam untuk Nabi kita –Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam-, istri-istri dan keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya yang setia kepada agama dan sunnahnya sampai akhir zaman. Semoga Alloh menjadikan saya dan pembaca sekalian termasuk hamba-hambaNya yang selamat di dunia dan di akhirat kelak, aamiin…
Saudarakau, judul di atas atau yang semisalnya merupakan sebuah ungkapan yang sering beredar di tengah-tengah kaum muslimin terutama di bulan Robi’ul Awwal. Maksud ucapan itu sangatlah jelas, agar orang-orang yang mendengarnya diharapkan bisa menerima bahkan bersemangat dalam mendukung sebuah amalan yang biasa dikenal peringatan Maulid Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Dan biasanya mereka yang bersandar kepada ungkapan itu didasari sebuah keyakinan bahwa ungkapan itu termasuk hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Apalagi orang-orang yang menyebar-luaskannya berasal dari mereka yang mengaku-ngaku memiliki hubungan darah atau kekeluargaan kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam secara langsung, maka semakin berurat berakarlah kemantapan hati kebanyakan orang –kecuali yang dirahmati Alloh Ta’aala - terhadapnya.
Sudaraku bagi orang yang diberi taufik oleh Alloh Ta’aala –semoga kita termasuk di dalamnya- tentunya tidak begitu saja untuk menerima sesuatu yang disandarkan orang kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam atau dikatakan sebagai hadits Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu.
Yahya bin Sa’id al-Qohthon rohimahulloh ( beliau wafat 198 H ) mengatakan :
لاَ تَنْظُرُوْا إِلَى الْحَدِيْثِ، وَلكِنْ انْظُرُوْا إِلَى الْإِسْنَادِ، فَإْنْ صَحَّ الْإِسْنَادُ، وَإِلاَّ فَلاَ تَغْتَرُّوْا بِالْحَدِيْثِ إِذَا لَمْ يَصِحَّ الْإِسْنَادُ.
“Janganlah kalian melihat kepada matan hadits, tetapi lihatlah kepada sanad hadits. Apabila sudah sah sanadnya, ambillah hadits tersebut dan jika tidak sah sanadnya maka jangan kalian tertipu dengan bagusnya matan hadits tersebut.” Siyar A’laamin Nubaala’ IX/188 lihat Kedudukan As-Sunnah dalam Syari’at Islam karya al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas –hafizhohulloh- hal. 49
Oleh karena itu marilah kita biasakan diri kita untuk selalu bersikap di atas tuntunan ilmu dan ittiba’ dan bukan di atas kejahilan, kesombongan, hawa nafsu dan bid’ah.
Saudaraku, di antara sandaran atau dalil yang biasa diadikan pegangan untuk amalan peringatan maulid di kalangan mereka yang mengamalkannya adalah sebagai berikut :
مَنْ أَقَامَ مَوْلِدِيْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَ مَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِيْ مَوْلِدِيْ فَكَأَنَّمَا أَنْفَقَ جَبَلاً مِنَ الذَّهَبِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
Barangsiapa yang merayakan hari kelahiranku ( maulidku ), maka aku akan memberikan syafaat baginya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menginfaqkan satu dirham untuk peringatan maulidku maka seakan-akan telah menginfaqkan satu gunung emas di jalan Alloh.
Ungkapan di atas oleh sebahagian kaum muslimin diyakini sebagai salah satu hadits Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, mereka pun menjadikannya sebagai salah satu dasar untuk mengadakan amalan peringatan hari kelahiran ( maulid ) Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam setiap bulan Robi’ul Awwal. Padahal ungkapan tersebut termasuk salah satu bentuk kedustaan atas nama Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam yang oleh para ‘ulama Hadits di sebut dengan Hadits Maudhu’ ( Hadits Palsu ).
Kata Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhohulloh :
هَذَا كَذِبٌ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ احْتَلَقَهُ الْمُبْتَدِعَةُ
Ini merupakan kedustaan kepada Rosululloh yang hanya dibuat-buat oleh para Ahlul Bid’ah. ( Lihat majalah al-Furqon edisi 8 Robi’ul Awwal 1429 H hal 61 )
Saudaraku-semoga Alloh merahmati kita semua-, ketahuilah bahwa sisi kepalsuan hadits tersebut ditinjau dari beberapa perkara :
Pertama, hadits itu tidak memiliki sandaran perawi ( tidak memiliki sanad ) yang bisa diperiksa keadaannya.
Kedua, tidak ada satupun ulama ahlul hadits seperti Ahmad, Bukhori, Muslim, dll –semoga Alloh merahmati mereka semuanya- memasukkan ungkapan tersebut dalam kitab-kitab mereka.
Ketiga, hadits itu menyalahi kenyataan/realitas sejarah dimana para ahli sejarah telah mencatat bahwa munculnya acara bid’ah semisal peringatan maulid Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam itu adanya setelah generasi sahabat, tabi’ien dan taabi’ut taabi’ien. Kalau peringatan maulid itu merupakan sebuah kebaikan dalam pandangan Alloh dan Rosul-Nya niscaya para sahabat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah generasi pertama yang paling dulu untuk mengamalkannya.
Saudaraku, setelah jelas bahwa ungkapan di atas termasuk hadits palsu atas nama Nabi kita -Muhammad shollalllohu ‘alaihi wa sallam- maka orang yang menyebarkan dan mengamalkan isinya termasuk pendusta bahkan sebesar-besar pendusta dalam pandangan Alloh dan Rosul-Nya. Hendaklah mereka takut kepada Alloh Ta’aala di mana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
لَا تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ
“Janganlah kamu berdusta atas namaku. Karena barangsiapa yang berdusta atas namaku maka hendaklah dia masuk neraka.” ( HSR. Bukhori no. 106 dan Muslim no. 2 dari ‘Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu ‘anhu ).
Adapun mereka yang mengadakan peringatan maulid karena menganggapnya sebagai suatu kebaikan padahal amalan tersebut bukanlah amalan yang ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya maka hendaklah mereka pun takut kepada Alloh karena Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dengan sabdanya secara umum tentang bahaya amalan bid’ah itu sedangkan memperingati hari kelahiran Nabi (peringatan maulid) termasuk di dalamnya.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
“Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitabulloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad –shollallohu ‘alaihi wa sallam-, seburuk-buruknya urusan adalah yang diada-adakan dalam agama ini. Dan sesungguhnya setiap yang diada-adakan dalam urusan agama adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. ( HR. Nasaa’i dalam sunannya dari Jabir bin Abdulloh rodhiyallohu ‘anhuma no. 1577 dishohihkan oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam Shohihul Jaami’ no. 1355 ).
Saudaraku demikian dapat di sampaikan.
Semoga catatan sederhana ini bermanfaat bagi diriku dan dan siapa pun yang mau mengambil manfaatnya.
Berkata Ibnu Mukhtar –seorang hamba yang sangat membutuhkan ampunan dan rahmat-Nya- ;
“Ya Alloh..bimbinglah aku dan saudara-saudaraku seislam kepada ucapan dan amalan yang Engkau cintai dan ridhoi..faqihkanlah kami dalam agama-Mu, teguhkanlah kami dalam Islam yang sesuai sunnah Nabi-Mu, berikanlah kepada jiwa kami takwanya dan sucikanlah ia, lembutkanlah hati-hati kami dan terangilah ia dengan cahaya dari-Mu..
Ya Alloh jadikanlah dengan rahmat-Mu risalah ini sebagai salah satu amal sholehku yang Engkau terima dan bermanfaat bagi hamba-hambaMu..jadikanlah ia sebagai salah satu sebab hidayah bagi orang yang Engkau kehendaki kebaikan baginya dan menjadi bukti kesungguhanku dalam mengikuti Rosul-Mu dan kebenaran yang dibawanya..
Ya Alloh siapa saja hamba-Mu yang mendapatkan hidayah karena risalah ini dan bersyukur kepada-Mu maka perbaguslah agama dan akhlaknya dan jadikanlah ini semua menambah kebaikanku dan dirinya di hadapan-Mu..Dan siapa saja yang merasa kesal, marah bahkan menyombongkan diri dari kebenaran yang terkandung dalam risalah ini maka aku serahkan ia kepada-Mu, jika Engkau ampuni dan hidayahkan ia maka itu lebih baik buat mereka. Namun jika Engkau hukum dan siksa ia, maka sesungguhnya mereka itu adalah hambaMu dan sungguh Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana..
Wa shollallohu wa sallama ‘alaa Nabiyyinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’iin
Baca pula catatanku berikut :
--------------
Baytie Jannatie, Selasa, 23 Shofar 1433 H / 17 Januari 2012 M..saat mentari pagi memancarkan cahayanya sementara hangat sinarnya menyapa tubuhku..maka Segala puji bagi Alloh yang dengan nikmat-Nya menjadi sempurnalah segala kebaikan…