Inga..Inga..Inga

Dari 'Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang mencari ridho Alloh dengan membuat marah manusia maka Alloh meridhoinya dan menjadikan manusia ridho kepadanya. Dan barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan membuat Alloh murka maka Alloh murka kepadanya dan menjadikan manusia murka kepadanya." ( Shohih Ibnu Hibban jilid 2 no. 276 dihasankan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth rohimahulloh )

Kamis, 29 Desember 2011

Karakteristik Sang Penggenggam Bara

Oleh Ibnu Mukhtar

Segala puji hanya bagi Alloh yang telah menjadikan Islam sebagai seagung-agung nikmat bagi hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Segala puji hanya bagi Alloh yang telah menetapkan Islam sebagai agama yang diterima dan diridhoi-Nya, meskipun orang-orang kafir dan munafik berusaha memadamkan cahaya-Nya dan memalingkan kaum muslimin dari jalan-Nya. Dan segala puji hanya bagi Alloh yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala kebaikan. Semoga Alloh menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang memang pantas untuk mendapatkan keutamaan dan kemuliaan dari-Nya, aamiin.

Sholawat dan salam untuk Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, istri-istri dan keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh umatnya yang selalu setia dengan agama dan sunnahnya sampai akhir zaman.

Saudaraku, tidak diragukan lagi bahwa menggenggam sebuah ‘bara’ merupakan perkara yang berat dan menyakitkan. Rasanya sangat panas hingga melepuhkan tangan orang yang memegangnya. Tanpa keteguhan hati dan tekad membaja, maka tak ada seorang pun yang mau untuk memegangnya apalagi menggenggamnya dengan erat penuh kemantapan.




Akan tetapi…dalam umat ini -umat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam yang diberkahi, umat Islam yang berjalan di atas naungan Sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam - ternyata selalu ada  saja orang-orang yang diumpamakan seperti ‘Sang Penggenggam Bara’ oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Perhatikanlah sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang mulia berikut ini :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

Dari Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam: “Akan datang kepada manusia satu zaman, orang yang bersabar dalam berpegang dengan agamanya ( ajaran Islam yang bersih dari syirik, bid’ah dan penyimpangan lainnya, pen) seperti orang yang sedang menggenggam bara.” HR. Tirmidzi dalam sunannya 4/526 no. 2260 dishohihkan  oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam Ash-Shohihah no. 957 dan Shohihul Jaami’ no. 8002

Allohu Akbar!... Sungguh betapa mulia dan bahagianya orang yang diumpamakan Nabi kita seperti itu. Lalu, bagaimana karakteristik ‘Sang Penggenggam Bara’ yang beruntung itu?

Saudaraku, jika kita merenungi hadits yang mulia ini, niscaya kita akan mendapatkan berbagai ciri khusus yang melekat pada sosok ‘Sang Penggenggam Bara’ itu. Di antaranya adalah sebagai berikut :

Pertama, ber-Islam dengan ajaran Islam yang bersih dari syirik, bid’ah dan penyimpangan lainnya.

Saudaraku, tidak diragukan lagi bahwa maksud dari sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, ‘Ash-Shoobiru fiihim ‘alaa diinihi (orang yang bersabar dalam berpegang dengan agamanya) adalah untuk mereka yang bersabar dalam menjalankan ajaran Islam yang bersih dari campuran syirik, bid’ah dan penyimpangan lainnya.

Mereka beribadah hanya kepada Alloh semata dengan ikhlas dan dengan cara-cara yang diajarkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam sunnahnya. Mereka berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan dan berlepas diri pula dari para pelaku dan pembela-pembelanya. Mereka merasa bahagia      dan bersyukur karena mendapatkan kemudahan untuk mengamalkan apa-    apa yang terdapat dalam sunnah   Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam . Mereka tidak tertarik hatinya sedikit pun untuk melakukan amalan-amalan yang tidak ada tuntunannya dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam atau menambah-nambah dari semestinya meskipun begitu banyak manusia yang mengamalkan atau menganggapnya sebagai kebaikan dan perkara yang indah. Mereka menjaga betul wasiat     Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam untuk berpegang teguh dengan ajaran Islam yang putih bersih sebagaimana yang beliau tinggalkan apa pun resikonya.

عَنِ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ يَقُولُ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا قَالَ « قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِى إِلاَّ هَالِكٌ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّمَا الْمُؤْمِنُ كَالْجَمَلِ الأَنِفِ حَيْثُمَا قِيدَ انْقَادَ ».

Dari Al-‘Irbadh bin Sariyah rodhiyallohu ‘anhu, ia mengatakan : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami sebuah nasihat yang menyebabkan air mata kami bercucuran dan hati kami bergetar. Maka kami bertanya kepada beliau, ‘Wahai Rosululloh sungguh ini adalah benar-benar sebuah nasihat dari orang yang akan berpamitan. Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh aku telah meninggalkan kalian di atas agama yang terang (putih bersih), malamnya seperti siangnya. Tidak ada yang menyimpang darinya melainkan orang yang binasa. Barangsiapa yang hidup di antara kalian niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka  wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah Kholifah sepeninggalku yang lurus dan di atas petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan wajib bagi kalian untuk mentaati pemimpin kalian meski pun ia seorang budak dari negeri Habasyah. Karena sesungguhnya seorang mu’min seperti seekor unta yang dikekang hidungnya. Kemana saja ia dituntun, dia akan selalu menuruti.” HR. Ibnu Majah dalam sunannya 1/52 no. 45 dishohihkan oleh Syaikh Al Abani rohimahulloh dalam Ash-Shohihah no. 937

Kedua, berpegang teguh dengan    cara atau praktek para sahabat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam mengamalkan, mendakwahkan dan memperjuangkan ajaran Islam hingga dien itu semata-mata milik Alloh Ta’aala.

Saudaraku, ketahuilah –semoga Alloh merahmati kita semua, aamiin- bahwa orang-orang beriman yang telah diridhoi Alloh dan Rosul-Nya adalah para sahabat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang mencintai  dan mengikuti jalan mereka termasuk orang-orang yang beriman dan berbahagia. Dan siapa yang membenci dan menyelisihi jalan mereka termasuk orang-orang munafik dan celaka.

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali."   QS An Nisaa' ayat ke 115 

Maka berbahagialah seorang muslim yang selalu merujuk kepada apa yang difahami dan diamalkan para sahabat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam  dalam mengamalkan ajaran Islam yang sesuai sunnah itu. Selain mendatangkan keselamatan dari kesesatan, berpegang teguh dengan apa yang dipegangi para sahabat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam mendatangkan ganjaran besar.

عَنْ عُتْبَة بْنِ غَزْوَان  أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ: إِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ لِلْمُتَمَسِّكِ فِيْهِنَّ يَوْمَئِذٍ بِمَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْكُمْ. قَالُوْا : يَانَبِيَّ اللهِ! أَوْ مِنْهُمْ؟ قَالَ : بَلْ مِنْكُمْ


Dari ‘Utbah bin Ghozwan rodhiyallohu ‘anhu, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda : “Sesungguhnya di belakang kamu ada hari-hari penuh kesabaran. Pada saat itu orang yang berpegang dengan apa yang kalian pegangi akan mendapatkan ganjaran pahala sebanyak lima puluh orang dari kalian. Mereka bertanya : “Wahai Nabiyulloh, ataukah mendapat pahala sebanyak lima puluh orang dari mereka?” Beliau ` menjawab : “Bahkan pahala lima puluh orang dari kalian!” ( Lihat Silsilah Ahaaditsish Shohihah karya Syaikh Muhammad Naashiruddien al-Albani rohimahulloh   jilid 1 bagian kedua hal 892 no. 494 )

Hudzaifah bin al-Yaman rodhiyallohu ‘anhu berkata :

كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم, فَلاَ تَتَعَبَدُوْا بِهَا, فَإِنَّ الْأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلْآخِرِ مَقَالاً, فَاتَّقُوْا اللهَ يَا مَعْشَرَ الْقُرَّاءِ خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

“Setiap ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh Sahabat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam seba...gai ibadah, maka janganlah kamu lakukan! Karena generasi pertama itu tidak memberikan kesempatan kepada generasi berikutnya untuk berpendapat dalam masalah agama. Bertakwalah kepada Alloh wahai para Qurro ( ahlul Qur’an ) dan ambilah jalan orang-orang sebelum kamu! ( Lihat Ibnu Baththoh dalam al-Ibanah )

Subhanalloh...pesan indah dari seorang sahabat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam...adakah yang mau mengambil dan menerapkannya dalam kehidupan dengan hati bahagia dan rasa syukur?

Para sahabat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam hanya berdoa kepada Alloh dan tak pernah meminta-minta kepada Rosululloh di kubur beliau atau di kubur-kubur pahlawan badar, uhud apalagi kubur-kubur selain mereka, lalu bagaimana dengan kita?

Para sahabat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tidak pernah menyembelih kambing, sapi, onta atau lainnya untuk penghuni kubur, tolak bala, sedekah bumi, laut dan tempat-tempat yang dianggap keramat. Lalu bagaimana dengan kita?

Para sahabat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam adalah kaum yang paling memuliakan dan membela Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam. Namun mereka tidaklah memuliakan Rosululloh dengan cara memperingati hari kelahiran beliau dan melakukan berbagai aktifitas kesholehan karenanya. Lalu bagaimana dengan kita?

Para sahabat Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling bersemangat dalam mencari ilmu dan menyebarkan kebaikan. Meskipun demikian tak pernah mereka bersusah payah untuk berpergian dalam rangka mencari berkah di kuburan-kuburan orang-orang sholeh. Lalu bagaimana dengan kita

Ingatlah!!!! Apapun bentuk ibadah dan pendekatan diri kita kepada Alloh harus di dasari ilmu dan tuntunan dari Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam. Dan manusia yang paling memahami kitab Alloh dan Sunnah Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam adalah para sahabat beliau -semoga Alloh meridhoi mereka seluruhnya, aamiin-, jadi ikutilah cara beragamanya salafush sholeh niscaya kita akan selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat kelak.

‘Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu, berkata :

مَنْ كَانَ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ, أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ كَانُوْا خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، وَ أَبَرَّهَا قُلُوْبًا، وَ أَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَ أَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَ نَقْلِ دِيْنِهِ فَتَشَبَّهُوْا بِأَخْلاَقِهِمْ وَ طَرَائِقِهِمْ فَهُمْ كَانُوا عَلَى الْهَدْيِ الْمُسْتَقِيْمِ

“Barangsiapa yang ingin mengikuti jejak seseorang maka ikutilah jejak orang yang telah wafat, mereka adalah para Sahabat Muhammad shollalloh ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah sebaik-baik umat ini, paling baik hatinya, paling dalam ilmunya dan paling sedikit bebannya. Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih Alloh untuk menjadi Sahabat Nabi-Nya dan menyebarkan agamanya; maka contohlah akhlak dan jalan mereka karena mereka telah berjalan di atas petunjuk yang lurus.” Lihat al-Baghowi dalam Syarhus Sunnah I/214 dan Ibnu ‘Abdil Baar dalam Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wan Fadhlih II/947 no. 1810 tahqiq Abul Asybal Samir az-Zuhairi.

Ketiga, memahami realitas zaman yang sedang dihadapi

Saudaraku, memahami realitas zaman yang sedang dihadapi merupakan salah satu karakter seorang penggenggam bara. Ia selalu memperhatikan pesan-pesan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam sunnahnya kemudian ia bandingkan dengan kenyataan yang sedang dihadapinya. Maka ia pun mendapati bahwa berbagai peristiwa dan kejadian itu ternyata telah diberitakan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam hadits-haditsnya yang mulia. Begitu pula, apa yang semestinya dilakukan seorang muslim dalam menghadapi berbagai peristiwa dan kejadian itu pun telah dijelaskan dengan terang oleh Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Akan ingat, orang yang mengingatnya. Akan lupa, orang yang melupakannya.

Lihatlah apa yang terjadi di hadapan kita…

Bukankah telah datang masanya seseorang sudah tidak memperdulikan lagi halal dan harom dalam hartanya?

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ


Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda : “Sesungguhnya akan datang kepada manusia suatu zaman, dimana seseorang sudah tidak memperdulikan lagi tentang harta yang ia dapatkan, apakah dari hasil yang halal atau dari yang harom.” ( HSR. Bukhori no. 2083 ).

Bukankah telah datang masanya tahun-tahun yang penuh tipu daya?

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

Dari Abu Hurairoh rodhiyallohu ‘anhu telah berkata, ; telah bersabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam : "Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya,  pada saat itu seorang pendusta dibenarkan, orang-orang jujur didustakan, penghianat dipercaya dan orang-orang yang amanat dikhianati. Dan dimasa itu Ruwaibidhoh berbicara. Lalu dikatakan, siapakah ruwaibidhoh itu? Beliau menjawab : orang bodoh berbicara tentang urusan yang umum ( persoalan umat, pen ). HR. Ibnu Majah lihat Silsilah Ahaaditsish Shohihah karya Syaikh Muhammad Naashiruddien al-Albani rohimahulloh jilid 4 hal. 508-509 no. 1887.

Bukankah telah datang masanya di mana kaum muslimin –kecuali yang dirahmati Alloh- banyak yang ‘membebek’ kepada Yahudi dan Nashroni dalam segala sisi kehidupan mereka?

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ      شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Dari Abu Sa’id al-Khudrie rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata :bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam  telah bersabda : “Sesungguhnya kamu benar-benar akan mengikuti cara hidup orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga jika mereka masuk ke lobang dhob ( binatang sejenis biawak ), pasti kamu akan mengikutinya. Kami bertanya : “Wahai Rosululloh,  apakah yang dimaksud Yahudi dan Nashroni?” Beliau menjawab : “Maka siapa lagi kalau bukan mereka?” ( HSR. Bukhori no. 3456 )

Bukankah telah datang zamannya, banyak manusia menjadikan orang-orang jahil (bodoh) sebagai pemimpinnya?

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

Dari Abdulloh bin ‘Amr bin ‘Ash rodhiyallohu ‘anhuma, ia berkata : Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Alloh tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya begitu saja dari hamba-hamba-Nya. Akan tetapi Dia mengangkat ilmu dengan mematikan para ‘Ulama. Sehingga apabila tidak ada seorangpun yang alim, niscaya manusia akan mengambil pemimpin-pemimpin yang bodoh. Ketika ditanya, mereka akan berfatwa tanpa ilmu akibatnya mereka jadi sesat dan menyesatkan orang lain.”   ( HSR. Bukhori no. 100 )

Dan berbagai peristiwa dan kejadian lainnya.

Bukankah semua yang tersebut tadi telah diberitakan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam sunnahnya?

Amirul Mu'minin Umar bin al-Khoththob rodhiyallohu 'anhu mengatakan:

 إنما تنقض عرى الإسلام عروة عروة إذا نشأ في الإسلام من لا يعرف الجاهلية

"Sesungguhnya ikatan Islam itu akan lepas satu persatu apabila di dalam Islam muncul orang yang tidak mengetahui persoalan jahiliyyah." lihat kitab Ushulul Iman fil Kitab was Sunnah hal. 72

Keempat, bersabar dalam mengamalkan ajaran Islam.

Saudaraku, mengamalkan ajaran Islam sebagaimana tuntunan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah nikmat, kenikmatan yang dapat dirasakan oleh mereka yang menjalaninya. Ia juga membutuhkan kesabaran yang ‘ekstra’ karena di dalamnya sarat dengan ujian dan hal-hal yang tidak menyenangkan hawa nafsu. Apalagi kalau kita hidup di lingkungan kaum muslimin yang begitu bangganya mengaku-ngaku sebagai pengikut   Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam namun keyakinan dan amalannya banyak menyeleweng dari ajaran beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam dan sunnahnya. Maka, bersabar untuk lebih sabar disaat itu akan mendatangkan banyaknya keutamaan dan besarnya ganjaran.

وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Alloh, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Alloh menyukai orang-orang yang sabar. QS. Ali Imron ; 3 : 146

Imam al-Auza’i rohimahulloh ( wafat th. 157 H ) mengatakan :

اِصْبِرْ نَفْسَكَ عَلَى السُّنَّةِ، وَقِفْ حَيْثُ وَقَفَ الْقَوْمُ، وَقُلْ بِمَا قَالُوْا، وَكُفَّ عَمَّا كُفُّوْا عَنْهُ، وَاسْلُكْ سَبِيْلَ سَلَفِكَ الصَّالِحِ؛ فَإِنَّهُ يَسَعُكَ مَا وَسِعَهُمْ

“Bersabarlah dirimu di atas Sunnah, tetaplah tegak sebagaimana para sahabat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tegak di atasnya. Katakanlah sebagaimana yang mereka katakan, tahanlah dirimu dari apa-apa yang mereka menahan diri darinya. Dan ikutilah jalan Salafush sholih karena akan mencukupi kamu apa saja yang mencukupi mereka. Syarh ushulul I’tiqood ahlis sunnah wal jamaa’ah1/174 no. 315

Saudaraku, demikian dapat disampaikan. Semoga kita termasuk ‘Sang Penggenggam Bara’ itu, aamiin.