Cibaruis, Kamis, 22 Jumadil Akhir 1432 H / 26 Mei 2011 M
Oleh : Ibnu Mukhtar
Bismillahirrohmaanirrohiim, alhamdulillah wash-sholaatu was-salaamu ‘alaa Rosuulillah wa ‘alaa aalihi wa shohbihi ajma’iin. Amma ba’du!
Saudaraku, rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah ( selanjutnya disingkat RUTAN SAMARA ) adalah anugrah Alloh terindah setelah hidayah Islam dan sunnah. Ia adalah sebuah model rumah tangga yang dijalani Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang beriman yang mengikuti beliau dengan baik. Ia adalah rumah tangga yang dibangun di atas asas keikhlasan dalam penghambaan kepada Alloh dan keikhlasan dalam ittiba’ ( mengikuti ) Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan sunnahnya. Orang-orang yang menjalaninya adalah mereka yang selalu mengutamakan keridhoan Alloh dan kecintaan-Nya daripada keinginan hawa nafsunya atau hawa nafsu orang lain. Sungguh siapa yang mendapatkan rumah tangganya seperti ini termasuk orang paling berbahagia dan beruntung.
Saudaraku, sungguh begitu indahnya RUTAN SAMARA. Siapapun -apa lagi seorang aktifis dakwah- pasti menginginkan rumah tangga model seperti itu. Namun pada kenyataannya, mewujudkan RUTAN SAMARA tidaklah semudah membalik telapak tangan kita. Sungguh begitu banyak hal-hal yang dapat mengganggu atau menghalangi terwujudnya RUTAN SAMARA itu. Maka kenalilah dan selesaikanlah ia sesuai tuntunan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam.
Saudaraku, di antara hal-hal yang dapat mengganggu bahkan menghalangi terwujudnya RUTAN SAMARA adalah sebagai berikut :
Pertama, kebodohan terhadap ajaran Islam.
Saudaraku, kebodohan seorang istri atau suami atau keduanya terhadap ajaran Islam yang benar merupakan pokok dari seluruh keburukan. Bagaimana mungkin RUTAN SAMARA sebagaimana yang dipraktekkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bisa diwujudkan oleh mereka yang bodoh terhadap ajaran Islam. Apalagi sudah bodoh terhadap ajaran Islam malah tidak mau belajar bahkan malah jadi penentang dan penantang agama Alloh. Jika demikian, jadilah RUTAN SAMARA itu hanya sebagai angan-angan dan pemanis pembicaraan saja di kalangan manusia.
Lihatlah realitas di sekeliling kita. Betapa mudahnya orang mengucapkan, ‘Semoga rumah tangganya menjadi rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah’ ketika menghadiri sebuah acara pernikahan. Padahal kedua mempelai tersebut jauh dari ciri-ciri muslim yang benar. Sholat lima waktu sehari semalam saja tidak, menutup aurot pun tidak, bahkan menikah itupun karena ‘hamil duluan’. Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun.
Saudaraku, marilah kita pelajari agama Alloh dengan benar terutama tentang hak Alloh dan hal-hal yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari kita seperti thoharoh, sholat, hak dan kewajiban suami-istri dan sebagainya. Janganlah malas atau malu untuk menghadiri majelis-majelis ilmu yang sejalan dengan apa yang dijalani salafush sholeh. Bacalah buku atau majalah yang bermanfaat. Simaklah kajian-kajian ahlu sunnah yang dipancarkan radio-radio mereka. Ingatlah menuntut ilmu syar’ie adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah. Jadi janganlah kita lalaikan.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّمَا اْلعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ وَ الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ وَ مَنْ يَتَحَرَّ الْخَيْرَ يُعْطَهُ وَ مَنْ يَتَوَقَّ الشَّرَّ يُوْقَهُ
“Sesungguhnya ilmu itu hanya didapatkan dengan belajar, sifat bersabar itu dengan membiasakan diri bersabar, barangsiapa yang berusaha keras mencari kebaikan, ia akan mendapatkannya, dan barangsiapa menjaga diri dari kejelekkan niscaya ia akan dijaga Alloh darinya.” Hadits hasan, ditakrij Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam Silsilah Ahaaditsish shohiehah no. 342
Kedua, meninggalkan pengetahuan yang benar setelah datang kepadanya.
Saudaraku, di antara penghalang terwujudnya RUTAN SAMARA adalah meninggalkan pengetahuan yang benar setelah datang kepadanya. Sungguh begitu banyak pasangan suami istri yang berlatar belakang pendidikan agama. Namun ketika mereka mendapati permasalahan dalam rumah tangganya seperti kurang harmonis, ekonomi sulit dan sebagainya, banyak yang menyelesaikannya dengan cara yang tidak diridhoi Alloh Ta’aala.
Di antara mereka ada yang mendatangi dukun dan paranormal. Di antara mereka ada yang memakai ajian pengasihan atau pelet. Di antara mereka ada yang memakai jimat-jimat. Dan berbagai kesyirikan lainnya. Apakah mereka lupa atau pura-pura tidak tahu? Padahal Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam mengatakan :
“Barangsiapa yang mendatangi paranormal atau dukun lalu ia membenarkan apa yang ia katakan maka ia telah kafir dengan syariat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad `.” HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasaa-ie dan Ibnu Majah dishohiehkan oleh Syaikh al-Albani rohimahulloh dalam Shohiehut Targhieb wat Tarhieb no. 3047 dan Shohiehul Jaami’ no. 5939
Dari Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat dan aji pengasihan ( pelet ) itu termasuk syirik. HR. Abu Dawud dalam Sunannya no. 3885 Dishohiehkan Syaikh al-Albani rohimahulloh dalam shohiehul Jaami’ no. 1632
Ketiga, suami hanya menuntut haknya tanpa memperhatikan hak istrinya. Atau sebaliknya.
Saudaraku, ketahuilah bahwa suami memiliki hak atas istrinya. Begitu pula istri memiliki hak atas suaminya.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلاَ إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas istri-istri kalian dan istri-istri kalian juga memiliki hak atas kalian.” HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam Shohiehul Jaami’ no. 7880
Jika sang suami hanya menuntut haknya tanpa memperhatikan hak istrinya maka kondisi rumah tangga tersebut jauh dari kenyamanan. Begitu pula jika sang istri hanya menuntut haknya tanpa memperhatikan hak suaminya maka itu pun membuat rumah tangga jauh dari kenyamanan.
Saudaraku, mari kita perhatikan hak pasangan kita. Tunaikan semampu kita sebagaimana diajarkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Semoga Alloh memberkahi kita semua, aamien
Keempat, tidak pandainya istri dalam bersyukur.
Saudaraku, tidak pandainya seorang istri mensyukuri pemberian suaminya sering memicu ketidak harmonisan dalam berumah tangga. Tidak jarang di antara mereka mengakhiri kekacauan rumah tangganya dengan perceraian. Seandainya para istri bersyukur dengan pemberian suaminya niscaya Alloh akan menambahkan nikmat-Nya itu. Namun sayang, kebanyakan para istri lebih suka berlaku kufur kepada suaminya kecuali mereka yang dirahmati Alloh.
Dari Abdurrohman bin Syibl rodhiyallohu ‘anhu, Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang-orang yang melakukan kefasikan adalah penghuni Neraka.” Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya, ‘Siapakah orang-orang fasik itu?’. Beliau menjawab : “Para wanita”. Seorang sahabat bertanya, ‘Bukankah mereka itu ibu-ibu kita, saudara-saudara perempuan kita, dan istri-istri kita?’ Beliau menjawab, ‘Benar. Akan tetapi apabila mereka diberi sesuatu, mereka tidak bersyukur. Apabila mereka ditimpa ujian, mereka tidak bersabar.’ HR. Ahmad dishohiehkan oleh Syaikh Al Albani rohimahulloh dalam ash-Shohiehah no. 3058
Kelima, dayyutsnya suami terhadap keluarga.
Saudaraku, di antara penghalang RUTAN SAMARA adalah sikap dayyutsnya suami terhadap keluarga. Ia membiarkan istri dan keluarganya melakukan pelanggaran syari’at. Ia tidak menegur istri dan anak perempuannya yang tidak mau menutup aurotnya dengan jilbab syar’ie. Ia tidak mengajarkan perkara-perkara yang mendatangkan kecintaan Alloh dan keridhoan-Nya. Padahal di akhirat kelak tanggung jawabnya sebagai pemimpin rumah tangga akan ditanyakan Alloh Ta’aala. Adapun sikap dayyutsnya, sungguh itu akan membahayakan dirinya. Renungilah hadits berikut :
Dari Abdulloh bin Umar rodhiyallohu ‘anhuma bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ada tiga golongan yang diharomkan Alloh memasuki surga ( Yaitu ) ; Peminum khomr, orang yang durhaka dengan orang tuanya dan ad-Dayuts yaitu orang yang menyetujui keburukan/kedurhakaan keluarganya”. HR. Ahmad dalam musnadnya no. 5498 dishohihkan Syaikh al-Albani rohimahulloh dalam Shohiehul Jaami’ no. 3052
Keenam, orang tua atau mertua terlalu mencampuri urusan rumah tangga anak atau menantunya.
Bahkan terkadang sampai memerintahkan anaknya untuk menceraikan istri atau suami tanpa alasan yang dibenarkan syari’at. Jika kondisi seperti ini maka indahnya RUTAN SAMARA tak mungkin dirasakan.
Ketujuh, pengaruh tetangga atau teman pergaulan yang buruk.
Ini pun salah satu faktor dominan penyebab rusaknya kebanyakan rumah tangga. Sungguh betapa banyak rumah tangga baik-baik menjadi terpuruk bahkan menjadi hancur diakibatkan pengaruh tetangga atau teman pergaulan yang buruk. Oleh karena itu waspadalah.
------------ semoga bermanfaat-----------
Buletin Dakwah Islam ‘Sabilul Mu’minin’ edisi No. 13 Thn Ke VII Tgl 27 Robi’ul Akhir 1432 H / 1 April 2011 M