Inga..Inga..Inga

Dari 'Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang mencari ridho Alloh dengan membuat marah manusia maka Alloh meridhoinya dan menjadikan manusia ridho kepadanya. Dan barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan membuat Alloh murka maka Alloh murka kepadanya dan menjadikan manusia murka kepadanya." ( Shohih Ibnu Hibban jilid 2 no. 276 dihasankan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth rohimahulloh )

Senin, 09 Mei 2011

Keutamaan Menikah Sesuai Sunnah

Cibaruis, Senin, 14 Jumadil Awwal 1432 H / 18 April 2011 M

Ibnu Mukhtar

Saudaraku, menikah merupakan jalan yang diridhoi Alloh Subhaanahu wa Ta’aala bagi hamba-hambaNya yang ingin menjaga kesucian jiwa dan farjinya ( kemaluannya ). Ia merupakan  upaya memperoleh keturunan yang sholeh dan sholehah penyejuk hati dan pandangan. Melakukannya sesuai dengan apa yang diajarkan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam membawa kebaikan dan keutamaan yang banyak. Maka sudah semestinya, muslim dan muslimah yang akan menikah untuk mempelajari tuntunan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam permasalahan ini. Kemudian mensosialisasikannya kepada keluarga dan pihak-pihak yang berkepentingan agar bisa bekerjasama dalam mewujudkannya.

Saudaraku, berikut di antara keutamaan menikah sesuai sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Semoga bermanfaat bagi kita semua, aamien


Pertama, mengikuti perintah Alloh dan Rosul-Nya.

Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman :

“…Maka nikahilah perempuan yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat….” QS. An Nisaa’ ; 4 : 3

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian  diantara kamu, dan orang-orang yang layak  dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Alloh akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Alloh Maha Luas  lagi Maha Mengetahui.” QS. An Nuur ; 24 : 32

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ »

Dari Abdulloh bin Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami, ‘Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk menikah maka menikahlah. Karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga farji ( kemaluan ). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka berpuasalah karena ia ( puasa itu ) dapat membentengi dirinya. HSR. Bukhori no. 5066 Muslim no. 3466 dan ini lafazh bagi Muslim dalam shohihnya.

Kedua, menghidupkan sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِى فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى وَتَزَوَّجُوا فَإِنِّى مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ وَمَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ ».

Dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, ia mengatakan : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Menikah itu termasuk sunnahku. Barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku maka ia bukanlah golonganku. Menikahlah kalian sungguh aku bangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh umat. Barangsiapa yang memiliki kemampuan untuk menikah maka menikahlah dan barangsiapa yang belum mampu maka berpuasalah. Karena puasa itu adalah perisai baginya dari berbagai syahwat.” HR. Ibnu Majah dalam sunannya no. 1919 dan dishohiehkan Syaikh Muhammad Naashiruddien al-Albani rohimahulloh dalam ash-Shohiehah no. 2383

Ketiga, menjaga diri dari perbuatan yang dilarang agama.

Saudaraku, sungguh Alloh dan Rosul-Nya telah menjelaskan berbagai perkara yang mengandung perintah dan larangan. Semua itu adalah agar kita mengerjakan apa yang diperintah dan menjauhi apa yang dilarang. Dan di antara perkara yang diperintah adalah menikah ( lihat keutamaan pertama ) sedangkan di antara perkara yang dilarang adalah berzina ( termasuk sarana yang memudahkan perbuatan zina semisal kholwat, pacaran dan semisalnya ) dan hidup membujang padahal ia tidak termasuk orang yang terhalang untuk menikah.

Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman ;

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” QS. Al Isroo ; 17 : 32

Anas bin Malik rodhiyallohu ‘anhu menceritakan tentang kisah tiga orang yang mendatangi rumah-rumah istri Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Salah seorang di antara mereka mengatakan, ‘Adapun aku akan sholat malam selama-lamanya’, orang kedua mengatakan, ‘Aku akan berpuasa sepanjang tahun’, orang terakhir mengatakan, ‘Aku akan meninggalkan wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya.’ Ketika hal tersebut didengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau menemui mereka seraya bersabda ;

أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا وَاللَّهِ إِنِّى لأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ ، لَكِنِّى أَصُومُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّى وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى  

“Kaliankah yang telah mengatakan begini dan begitu? Demi Alloh! Sungguh aku adalah orang yang paling takut kepada Alloh dan paling bertakwa kepada-Nya, akan tetapi aku berpuasa dan aku berbuka, aku sholat dan aku tidur, dan aku menikahi wanita. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku maka ia bukan golonganku.” HSR. Bukhori dalam shohiehnya no. 5063.

Keempat, tidak termasuk orang yang dibenci Alloh Subhaanahu wa Ta’aala

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ ثَلاَثَةٌ مُلْحِدٌ فِى الْحَرَمِ، وَمُبْتَغٍ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ، وَمُطَّلِبُ دَمِ امْرِئٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لِيُهَرِيقَ دَمَهُ »

Dari ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma bahwasanya Nabi shollallohu ‘alihi wa sallam bersabda : Manusia yang dibenci Alloh ada tiga ; Orang yang berbuat zholim dan maksiat di tanah Harom, Orang yang menghendaki sunnah jahiliyyah ( yakni tata cara, adat dan kelakuan orang jahiliyyah ) di dalam Islam dan Orang yang mencari-cari alasan yang tidak benar untuk mengalirkan darah seseorang.” HSR. Bukhori dalam shohiehnya no. 6882

Saudaraku renungilah hadits yang mulia ini. Sungguh ajaran Islam yang dibawa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam adalah dienulloh yang haq, sempurna dan mendatangkan keridhoan Alloh dunia dan di akhirat kelak.  Semua perkara yang akan memasukkan kita ke dalam surga dan menjauhkan kita dari neraka sungguh semua itu telah dijelaskan dan diperintahkan kita untuk mengikutinya. Begitu pula, segala perkara yang akan memasukkan kita ke dalam neraka dan menjauhkan kita dari surga sungguh semua itu telah dijelaskan dan dilarang kita untuk melakukannya.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda ;

والذي نفسي بيده ما تركت شيئا يقربكم من الجنة ويباعدكم عن النار  إلا أمرتكم به وما تركت شيئا يقربكم من النار ويباعدكم عن الجنة إلا نهيتكم عنه "

“Demi Alloh yang diriku dalam tangan-Nya, tidaklah aku tinggalkan sesuatu yang mendekatkan diri kalian ke surga dan menjauhkan kalian dari neraka melainkan aku telah memerintahkannya. Dan tidaklah aku tinggalkan sesuatu yang mendekatkan kalian kepada neraka dan menjauhkan kalian dari surga melainkan aku telah melarang kalian daripadanya.” Lihat Tahrimu Aalatith Thorb hal. 176 dan Silsilah Ahaaditsish Shohiehah no. 1803 karya Syaikh Al Albani rohimahulloh

Maka segala keyakinan, ucapan dan amalan yang bertentangan dengan ajaran Islam yang dibawa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam termasuk perkara jahiliyyah yang seharusnya kita jauhi sejauh-jauhnya sebagai bentuk ketaatan kita kepada Alloh dan Rosul-Nya. Orang yang menginginkan perkara jahiliyyah apapun bentuknnya menjadi bagian kehidupan kaum muslimin -termasuk dalam urusan pernikahan- maka ia termasuk orang yang dibenci Alloh Subhaanahu wa Ta’aala.

Saudaraku, sungguh banyak sekali perkara-perkara jahiliyyah yang masih menyertai proses pernikahan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin. Di antaranya ; calon penganten datang ke kuburan orang tuanya yang telah meninggal bersama pasangannya untuk meminta restu kepada mereka; menyembelih hewan tertentu ( ayam, kambing, sapi atau kerbau ) untuk tolak bala dan menahan hujan; Sujud di kaki orang tua untuk meminta ampun dan maaf atas segala dosa; Memandikan calon penganten wanita oleh seorang kuncen diiringi mantra-mantra tolak bala dengan  disaksikan calon penganten lelaki;  Calon penganten duduk berdempetan di atas becak menuju KUA padahal belum sah menjadi suami istri; Ketika ijab qobul akan dilaksanakan calon penganten didudukkan berdampingan dengan satu kerudung di depan penghulu dan wali; Setelah ijab qobul, penganten lelaki menginjak telur kemudian penganten wanita mencuci sambil sungkeman; dan berbagai amalan yang sama sekali tidak ada ajarannya dari sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Kelima, termasuk orang yang beruntung.

Saudaraku, melakukan pernikahan atau amalan lainnya sesuai sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam merupakan perkara yang asing di benak banyak orang, apalagi di lingkungan orang-orang yang sangat menjaga adat dan budaya nenek moyangnya. Walaupun dalam KTP-nya  mereka beragama Islam namun pembelaannya kepada ajaran nenek moyangnya lebih mendarah daging daripada ajaran Islam yang dipeluknya. Mereka heran dan terkadang merasa geram terhadap orang  yang mengamalkan ajaran Islam sebagaimana mestinya. Maka jadilah orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagai orang asing di tengah-tengah keluarga dan lingkungannya. Siapa yang mendapati keadaan ini janganlah sedih apalagi jadi lemah dan berputus asa. Namun sudah semestinya ia bersyukur kepada Alloh Subhaanahu wa Ta’aala yang menunjukinya kepada Islam yang sesuai sunnah Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabar dan berserah diri kepada Alloh Yang Maha Gagah lagi Maha Perkasa. Tidakkah kita berbahagia mendengar sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berikut ;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  قَالَ, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ   كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Dari Abu Huroiroh rodhiyalloh 'anhu  ia berkata : Telah bersabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, “Islam itu pada mulanya adalah asing dan ia akan kembali lagi menjadi asing sebagaimana awal datangnya. Maka beruntunglah bagi mereka yang asing itu.” ( Hadits Shohih Riwayat Imam Muslim )

Keenam, meraih ganjaran pahala yang besar.

Saudaraku, selain termasuk orang yang beruntung sebagaimana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam sabdakan, orang yang menikah dan melakukan amalan lainnya sesuai sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam akan mendapatkan ganjaran pahala yang besar.

عَنْ عُتْبَة بْنِ غَزْوَان  أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ: إِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ, لِلْمُتَمَسِّكِ فِيْهِنَّ يَوْمَئِذٍ بِمَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرُ خَمْسِيْنَ مِنْكُمْ. قَالُوْا : يَانَبِيَّ اللهِ!  أَوْ مِنْهُمْ؟ قَالَ : بَلْ مِنْكُمْ

Dari ‘Utbah bin Ghozwan rodhiyalloh 'anhu, Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam telah    bersabda : “Sesungguhnya di belakang kamu ada hari-hari penuh kesabaran. Pada saat itu orang yang berpegang dengan apa yang kalian pegangi akan mendapatkan ganjaran pahala sebanyak lima puluh orang dari kalian. Mereka bertanya : “Wahai Nabiyulloh, ataukah mendapat pahala sebanyak lima puluh orang dari mereka?” Beliau shollallohu 'alaihi wa sallam menjawab : “Bahkan pahala lima puluh orang dari kalian!” ( Lihat Silsilah Ahaaditsish Shohihah karya Syaikh Muhammad Naashiruddien al-Albani  jilid 1 bagian kedua hal 892 no. 494 )

Jika apa yang ia lakukan dicontoh oleh kaum muslimin lainnya, maka semakin bertambah banyaklah ganjaran pahala yang akan diperolehnya kelak.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa yang menunjuki kebaikan maka baginya ganjaran semisal orang yang mengamalkannya. HSR. Muslim dalam shohiehnya no. 5007 dari sahabat Abu Mas’ud al-Anshorie rodhiyallohu ‘anhu.

Ketujuh, akan meraih kemuliaan dan dijauhkan dari kehinaan, kerendahan dan kehancuran.

Saudaraku, sungguh Alloh dan Rosul-Nya telah memberikan kabar buruk bagi mereka yang menyelisihi ajaran Islam yang sesuai sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berupa kehancuran, kehinaan dan kerendahan. Semakin jauh penyimpangannya maka semakin buruk pula akibat yang akan diterimanya

كَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ

Dari Abu Huroiroh rodhiyalloh 'anhu   berkata : Saya mendengar Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :  “Apa saja yang aku larang maka jauhilah ia dan apa saja yang aku perintahkan kerjakanlah ia semampu kalian. Sesungguhnya hancurnya kaum sebelummu adalah disebabkan mereka banyak bertanya dan menyelisihi Nabinya.”      ( HSR.  Al Bukhori dan Muslim ).

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَىِ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِى تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِى وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِى وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ».

"Aku diutus pada saat dekatnya hari kiamat dengan membawa pedang hingga Alloh satu-satu-Nya yang tidak ada sekutu bagi-Nya diibadahi. Dan dijadikan Rizqiku di bawah kilatan tombak dan dijadikan kerendahan dan kehinaan bagi orang yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia adalah termasuk golongan kaum itu" ( HR. Ahmad dishohihkan  oleh Syaikh Ahmad Syakir dan Syaikh al-Albani dalam Shohihul Jaami' no. 2831 ).

Maka orang yang berpegang teguh dengan sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam segala aspek kehidupannya –termasuk ketika menikah-,  akan meraih kemuliaan, ketinggian derajat dan kemenangan.

Kedelapan, jauh dari kesombongan dan pemborosan.

Perhatikanlah penyelenggaraan pernikahan yang dilakukan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya sebagaimana dijelaskan hadits-hadits shohieh. Sungguh apa yang mereka lakukan jauh dari kesombongan dan pemborosan. Bandingkan dengan apa yang dilakukan di masa kita. “Biar tekor asal kesohor”, menjadi moto untuk membuat sebuah proses pernikahan dan pestanya menjadi sebuah kebanggaan seumur hidup sekali. Akhirnya acara walimahan yang tadinya untuk mengumumkan pernikahan dan mendapatkan doa keberkahan dari undangan berubah menjadi moment untuk membangga-banggakan diri dan status keluarga. Wallohul Musta’aan.

Saudaraku, demikian dapat disampaikan. Masih banyak keutamaan menikah sesuai sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam yang belum tersebut di sini. Mudah-mudahan walau pun singkat, pembahasan ini tetap bermanfaat. Dan pada akhirnya, semoga Alloh Subhaanahu wa Ta’aala memberikan kepada kita pasangan hidup yang sholeh dan memudahkan seluruh kaum muslimin dalam berpegang teguh dengan ajaran Islam yang sesuai sunnah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam seluruh aspek kehidupannya, aamien.


Sebuah catatanku di FB :