Inga..Inga..Inga

Dari 'Aisyah rodhiyallohu ‘anha, dia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Barangsiapa yang mencari ridho Alloh dengan membuat marah manusia maka Alloh meridhoinya dan menjadikan manusia ridho kepadanya. Dan barangsiapa yang mencari ridho manusia dengan membuat Alloh murka maka Alloh murka kepadanya dan menjadikan manusia murka kepadanya." ( Shohih Ibnu Hibban jilid 2 no. 276 dihasankan oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth rohimahulloh )

Sabtu, 07 Mei 2011

Busana Muslimah Sesuai Sunnah

Cibaruis, Selasa 15 Jumadil Awwal 1432 H / 19 April 2011 M

Oleh : Ibnu Mukhtar

Bismillahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillahi wash-sholaatu was-salaamu 'alaa Rosuulillah wa ba'du

Saudaraku, ketahuilah olehmu-semoga Alloh merohmati kita semua-menutup aurot bagi wanita muslimah dengan jilbab syar’ie    ( bukan dengan jilbab gaul atau asal berjilbab-kepala berkerudung, lekuk tubuh bahkan pakaian dalamnya masih terlihat- pen ) merupakan salah satu kewajiban yang diperintah Alloh dan Rosul-Nya.

Alloh Subhaanahu wa Ta’aala berfirman :

“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min, ‘agar mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’…”    ( QS. Al Ahzaab ; 33 : 59 ).


عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْحُيَّضَ يَوْمَ الْعِيدَيْنِ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ عَنْ مُصَلَّاهُنَّ قَالَتْ امْرَأَةٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَيْسَ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا

Dari Ummu ‘Athiyyah rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : “Kami diperintah mengeluarkan wanita haidh dan gadis-gadis pingitan untuk menghadiri sholat ied agar mereka menyaksikan jama’ah dan mendapatkan keberkahan doa mereka. Dan mereka ( wanita-wanita yang haidh )  menjauhi tempat sholat. Seorang wanita berkata, “Ya Rosululloh salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab. Beliau menjawab, hendaklah saudaranya meminjamkan jilbab kepadanya.” ( HSR. Al-Bukhori ).

Ibnu Hazm rohimahulloh berkata, “Jilbab yang diperintahkan untuk dipakai oleh wanita yang beriman menurut bahasa Arab, adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh, bukan hanya menutup sebagian.” Al-Baghowi di dalam kitab Tafsir-nya mengatakan, “Jilbab adalah pakaian yang dipakai wanita merangkapi khimar   ( kerudung ) dan pakaian yang biasa dikenakan di rumah ( tentunya sebagaimana dijelaskan Ibnu Hazm di atas. Bukan pakaian seperti bikini, dan pakaian terbuka lainnya, pen )

Dari dalil di atas maupun keterangan lainnya yang tidak tercantum di sini jelaslah kesalahan orang yang berpendapat “memakai jilbab” bukanlah kewajiban agama bagi muslimah. Adanya “istri-istri ustadz, kiyai, tokoh-tokoh agama bahkan istri presiden sekalipun” yang belum mau berjilbab bukanlah dalil atau contoh yang harus ditauladani kaum muslimah. Hendaklah kita-kaum muslimin-takut kepada Alloh ‘Azza wa Jalla jika mengikuti ucapan dan amalan yang tidak ada tuntunannya dari Alloh dan Rosul-Nya itu, apapun bentuknya.

Saudaraku, Syaikh Muhammad Naashiruddien al-Albani rohimahulloh dalam kitabnya “Hijabul Mar’atil Muslimah” telah menjelaskan tentang kriteria pakaian wanita muslimah yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an, Sunnah dan amalan salafush sholih ( yaitu generasi sahabat, taabi’ien dan taabi’ut taabi’ien, pen ). Secara ringkas, pakaian muslimah itu harus memenuhi syarat-syarat berikut :

Pertama, menutup seluruh tubuh, selain yang dikecualikan.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali biasa yang  nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan  atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya  agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” ( QS. An Nuur ; 24 : 31 )

Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min, ‘agar mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’…”    ( QS. Al Ahzaab ; 33 : 59 ).

Para ‘ulama berselisih apakah wanita muslimah harus menutup wajahnya dengan cadar atau dibiarkan terbuka? Dalam hal ini Syaikh al-Albani rohimahulloh mengatakan :

ليعلم أن ستر الوجه و الكفين له أصل في السنة و قد كان معهودا في زمنه صلى الله عليه و سلم

“Perlu diketahui, bahwa menutup wajah dan kedua tapak tangan itu ada dasarnya dari Sunnah dan hal itu telah dipraktekkan di zaman Nabi n…”  ( Hijabul Mar’atil Muslimah hal. 47 )

Dari Asma’ Binti Abu Bakar rodhiyallohu ‘anhuma, dia berkata :

كُنَّا نُغَطِّى وُجُوْهَنَا مِنَ الرِّجَالِ, وَ كُنَّا نَمْتَشِطُ قَبْلَ ذَلِكَ فِيْ الْإِحْرَامِ

“Kami biasa menutup wajah kami dari pandangan laki-laki dan sebelum itu kami juga biasa menyisir rambut ketika Ihrom.” HR. Hakim, dia berkata: “Hadits ini Shohih…”

Beliau rohimahulloh juga mengatakan dalam kitab yang sama :

أن ستر المرأة لوجهها ببرقع أو نحوه مما هو معروف اليوم عند النساء المحصنات أمر مشروع محمود و إن كان لا يجب ذلك عليها, بل من فعل فقد أحسن, و من لا فلا حرج

“…Bahwa masalah menutup wajah bagi seorang wanita dengan cadar atau yang sejenis itu seperti yang sekarang ini dikenakan oleh para wanita yang menjaga dirinya adalah perkara yang disyariatkan dan termasuk amalan terpuji, meskipun itu bukan hal yang diwajibkan. Namun, yang mengenakannya berarti telah melakukan suatu kebaikan dan yang tidak memakai cadar pun tidak berdosa.” ( hal. 53 )

Kedua, bukan untuk berhias.

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu  dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu  dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Alloh dan Rosul-Nya. Sesungguhnya Alloh bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait  dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” ( QS. Al Ahzaab ; 33 : 34 )

Saudaraku, tabarruj adalah perbuatan wanita menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang seharusnya ditutup dan disembunyikan karena bisa membangkitkan syahwat laki-laki. Oleh karena itu, muslimah yang memakai jilbab agar lebih cantik, trendy dan modis termasuk sedang melakukan tabarruj dan itu harom hukumnya. Wallohu a’lam.

Ketiga, kainnya harus tebal, tidak tipis.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam : Dua golongan dari penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: “Satu kaum yang memegang pecut seperti buntut-buntut sapi, mereka memukuli manusia dengannya. Dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, yang berlenggak lenggok, kepala-kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga dan mereka tidak dapat mencium bau surga padahal bau surga itu dapat tercium sejauh perjalanan sekian dan sekian.” ( HSR. Muslim ).

Saudaraku, wanita yang berpakaian tidak sesuai tuntunan Alloh dan Rosul-Nya maka pada hakikatnya masih disebut telanjang dan ancamannya masuk neraka. Lalu bagaimana jadinya, jika wanita itu sengaja mengumbar aurotnya? Dan lebih celaka lagi, jika ia sudah tidak mau memakainya malah membenci dan mencela syariat jilbab dan menggelari wanita-wanita yang berjilbab syar’ie sebagai wanita terbelakang, tidak punya masa depan dan gelar-gelar buruk lainnya.

Keempat, longgar, tidak ketat.

قَالَ أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ : كَسَانِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قِبْطِيَّةً كَثِيْفَةً مِمَّا أَهْدَاهَا لَهُ دِهْيَةُ الْكَلْبِيُّ فَكَسَوْتُهَا امْرَأَتِيْ, فَقَالَ : مَا لَكَ لَمْ تَلْبَسِ الْقِبْطِيَّةَ؟ قُلْتُ : كَسَوْتُهَا  امْرَأَتِيْ, فَقَالَ : مُرْهَا فَلْتَجْعَلْ تَحْتَهَا غِلاَلَةً, فَإِنِّيْ أَخَافُ أَنْ تَصِفَ حَجْمَ عِظَامِهَا

Usamah bin Zaid rodhiyallohu ‘anhu berkata : Rosululloh shollallohu ‘laihi wa sallam pernah memberikan kepadaku baju qithbiyah yang tebal hadiah dari Dihyah al-Kalbi. Baju itu saya pakaikan kepada istri saya. Nabi bertanya, ‘Mengapa kamu tidak pernah memakai baju qithbiyyah? Aku menjawab, ‘Baju itu telah aku pakaikan kepada istriku.’ Beliau lalu berkata, ‘Perintahkan istrimu agar memakai baju dalam ketika memakai baju qithbiyyah, karena aku khowatir baju qithbiyyah itu masih menggambarkan bentuk tulangnya.’” ( HR. Ahmad, Baihaqi dan adh-Dhiyaa al-Maqdisi  dalam al-Ahaaditsul Mukhtaroh dengan sanad hasan. )

Kelima, tidak diberi wangi-wangian.

عَنْ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

Dari Abu Musa al-Asy’ari rodhiyallohu ‘anhu, dia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Perempuan mana saja yang memakai wewangian lalu dia melewati laki-laki agar mereka mencium baunya maka dia adalah wanita pezina.” ( HSR. Nasaa-ie, Abu Dawud, Tirmidzi, Al Hakim. )

Keenam, tidak menyerupai pakaian laki-laki.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma, dia berkata : “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan melaknat perempuan yang menyerupai laki-laki”  ( HSR. Bukhori )

Ketujuh, tidak menyerupai pakaian wanita kafir.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Dari ‘Abdulloh bin ‘Umar rodhiyallohu ‘anhuma, dia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku diutus menjelang datangnya hari kiamat dengan pedang hingga Alloh diibadahi tanpa ada sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizqi-ku di bawah naungan tombakku, dan dijadikkan kerendahan dan kehinaan bagi siapa saja yang menyelisihi perintahku. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” ( HHR. Ahmad )

Kata Imam ash-Shon’ani rohimahulloh di dalam Subulus Salam :

وَالْحَدِيثُ دَالٌّ عَلَى أَنَّ مَنْ تَشَبَّهَ بِالْفُسَّاقِ كَانَ مِنْهُمْ أَوْ بِالْكُفَّارِ أَوْ بِالْمُبْتَدِعَةِ فِي أَيِّ شَيْءٍ مِمَّا يَخْتَصُّونَ بِهِ مِنْ مَلْبُوسٍ أَوْ مَرْكُوبٍ أَوْ هَيْئَةٍ ،

“Hadits ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyerupai orang-orang fasiq, kafir, atau ahlul bid’ah dalam hal-hal yang menjadi ciri khas mereka, maka dia termasuk golongan mereka.”  Wallohu a’lam.

Kedelapan, bukan pakaian untuk kemasyhuran.

Pakaian kemasyhuran ( libas Syuhroh ) adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas di tengah-tengah manusia, baik harganya mahal yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan harta dan perhiasannya maupun pakaian yang murah yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya’.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ أَلْهَبَ فِيهِ نَارًا

Dari ‘Abdulloh bin ‘Umar rodhiyallohu ‘anhuma, dia berkata : Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa memakai pakaian untuk mencari popularitas di dunia maka Alloh akan mengenakan pakaian kehinaan di hari kiamat kemudian membakarnya dengan neraka.” ( HHR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad ).

Kesembilan, diutamakan berwarna gelap ( hitam, coklat dan semisalnya )

Mengenai dianjurkannya pakaian berwarna gelap bagi muslimah berdasarkan contoh dari para shohabiyyah –Semoga Alloh meridhoi mereka seluruhnya-

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ لَمَّا نَزَلَتْ (يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ) خَرَجَ نِسَاءُ الأَنْصَارِ كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِهِنَّ الْغِرْبَانُ مِنَ الأَكْسِيَةِ.

Dari Ummu Salamah rodhiyallohu ‘anha, ia berkata : “Tatkala ayat ini turun, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya’ maka wanita-wanita Anshor keluar rumah dalam keadaan  seolah-olah di kepala mereka terdapat  burung gagak karena pakaian jilbab hitam yang mereka kenakan. HR. Abu Dawud dalam sunannya no. 4103 Dishohihkan oleh Syaikh al-Albaniy rohimahulloh

Saudaraku, demikianlah kriteria pakaian bagi muslimah menurut tuntunan Alloh dan Rosul-Nya. Semoga risalah singkat ini menjadi amal yang ikhlas bagi penyusunnya dan bermanfaat bagi kita semua.

-Catatanku di face book : http://www.facebook.com/?ref=home#!/note.php?note_id=178498452202061